LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)
TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH
STUDI
LAPANGAN PENGAMATAN FUNGI, LICHENS dan LUMUT
Di
Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soerjo Cangar
Dosen
Pembimbing:
Drs.Sulisetitjono,
M.Si
Ainun
Nikmati Laily, M.Si
Oleh :
Ahmad Fuad Dudin
(12620001)
Nailirrohmah Hidayatin (12620042)
Uswatun Hasanah
(1262004
)
Anik Karimatu Y (12620049)
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Negara Indonesia terkenal dengan sebutan Jambrut
khatulistiwa, oleh sebab itu tidak mengherankan jika Indonesia merupakan
Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah baik flora maupuan
fauna.Beberapa keanekaragam flora yang di miliki Indonesia adalah
keanekaragaman Fungi, Lichens, dan Lumutnya. Perkiraan menurut Hawksworth
(1991), terdapat 1.500.000 spesies fungi di dunia dan 200.000
spesies dari 1.500.000 spesies tersebut terdapat di Indonesia (Aslan,
2001).
Selain itu,berdasarkan data Herbarium Bogoriensis Bogor,
Indonesia mempunyai 40.000 spesies lichens.Di Indonesia juga mempunyai 1500
spesies lumut dari 4000 spesies lumut yang terdapat di bumi.
Fungi,Lichens dan Lumut dapat ditemukan di tempat tempat
yang masih terjaga kealamianya seperti hutan mengingat peranannya sebagai
indikator lingkungan.
Salah satu tempat yang mempunyai memiliki spesies-spesies
tersebut dengan keanekaragaman yang cukup adalah Taman Hutan Raya (TAHURA) R.
Soerjo Cangar. Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soerjo Cangar adalah kawasan hutan
yang terletak di Kota Batu Jawa Timur pada ketinggian kurang lebih 1600 m di
atas permukaan laut, merupakan kawasan konservasi dibawah naungan Balai
Taman Hutan Raya milik Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur terutama di wilayah
Batu yang masuk kawasan Cagar Alam.
Dengan begitu banyak spesies Fungi, Linchens dan lumut maka
dirasa perlu untuk diadakanya studi lapangan guna menambah wawasan kepada
Mahasiswa Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
terhadap keaneakaragaman spesies Fungi, Lichens dan Lumut.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum ini
adalah:
1.
Bagaimana struktur morfologi Fungi, Lichens
dan Lumut yang berhabitat di Taman Hutan Raya R. Soerjo Dusun Cangar Desa
Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur.
1.3
Tujuan
Tujuan diadakanya penelitian ini adalah:
1. Untuk
mengetahui struktur morfologi Fungi, Lichens
dan Lumut yang berhabitat di Taman Hutan Raya R. Soerjo Dusun Cangar Desa
Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur.
1.4
Manfaat
Manfaat
dari diadakannya penelitia ini antara lain ;
a. Sebagai pelengkap dalam memenuhi perkuliahan,
terutama mata kuliah Taksonomi Tumbuhan Rendah (TTR)
b. Menambah wawasan mahasiswa terutama mahasiswa
biologi mengenai keanekaragaman Fungi,Lichens dan Lumut.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Jamur
Jamur atau cendawan adalah tumbuhan yang tidak mempunyai
klorofil sehingga bersifat heterotrof. Jamur ada yang uniseluler dan
multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa. Hifa dapat
membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada
yang dengan cara vegetatif ada juga dengan cara generatif. Jamur menyerap zat
organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya untuk memperoleh
makanannya. Setelah itu, menyimpannya dalam bentuk glikogen. Jamur merupakan
konsumen, maka dari itu jamur bergantung pada substrat yang menyediakan
karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya.Semua zat itu
diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat
parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit (Birsyam, 1992).
Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis
mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari
organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya.
Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu
jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken. Jamur
berhabitat pada bermacam-macam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak
organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di
air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya
bersifat parasit atau saprofit,dan kebanyakan dari kelas Oomycetes (Tjitroseoepomo,
2003).
Marga
Fistulina beranggotakan jamur-jamur
yang menempel pada kayu (saprofit) dengan struktur basidiokarp berdaging dan
tak bertangkai. Jenis jamur ini sering diburu untuk dimanfaatkan
sebagai makanan. Sebagian besar masyarakat mengatakan bahwa jamur ini memiliki
rasa jeruk. Beberapa penduduk umumnya mengolah jamur ini dengan cara
dikeringkan atau dihancurkan menjadi bubuk. Selanjutnya bubuk jamur diini
diolah dan dimasak menggunakan oven (Birsyam, 1992).
2.2 Lumut
Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan
tingkat rendah yang termasuk kedalam divisi bryophyta,
termasuk tumbuhan darat sejati. Pada umumnya lumut menyukai tempat-tempat
yang basah dan lembab di dataran rendah sampai dataran tinggi. Tumbuhan
ini sering disebut sebagai tumbuhan
perintis, karena lumut dapat tumbuh dengan
berbagai kondisi pertumbuhan di tempat tumbuhan
tingkat tinggi tidak bisa tumbuh. Secara
ekologi lumut memiliki peranan yang sangat
penting dalam menciptakan habitat primer dan sekunder setelah adanya kerusakan
lingkungan. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pertama yang tumbuh
ketika awal suksesi pada lahan yang rusak, atau daerah dengan hara yang miskin.
Setelah area ditumbuhi lumut, area tersebut akan
menjadi media yang cocok untuk perkecambahan dan
pertumbuhan tumbuhan lainnya (Birsyam, 1992).
Tumbuhan lumut memiliki
bentuk-bentuk unik yang bisa menjadi pembeda
satu dengan lainnya. Beberapa struktur yang
ada pada lumut tidak dimiliki oleh tumbuhan
lain, begitu pula sebaliknya. Lumut
termasuk kelompok tumbuhan dengan ketidakadaan
jaringan vaskular. Meskipun beberapa jenis
memiliki batang, tetapi tumbuhan ini tidak
memiliki susunan jaringan pembuluh seperti pada
tumbuhan tingkat tinggi. Beberapa lumut ada
yang memiliki daun dan sebagian tidak,
tetapi hanya berupa hamparan tubuh yang
disebut talus. Struktur talus yang seperti ini tidak dijumpai pada
tumbuhan tingkat tinggi (Smith, 2004).
Polytricum sp. ditemukan dimana daerah ini mempunyai udara dan tempat nya yang
lembab. Seperti halnya dijelaskan dalam literatur (Tjitrosoepomo, 2012) habitat Polytricum sp. Dapat tumbuh diatas
tanah-tanah gundulyang periodik mengalami masa kekeringan, bahakn diatas pasir
dapat tumbuh. Selanjutnya rumput ini dapat tumbuh antara rumput-rumput, diatas
batu-batu cadas, pada batang pohon dan cabang-cabang pohon, dirawa-rawa, tetapi
jarang didalam air. Dapat juga ditemukan pada tempat-tempat lembab.
Berdasarkan literatur (Tjitrosoepomo, 1989) Arkegonium dan anteridium terdapat
pada tumbuhan berlainan. Anteridium dipucuk tumbuhan jantan dan arkegonium
dipucuk tumbuhan betina. Gametofit dapat tumbuhan tinggi dengan daun yang
sempit. Kapsul tegak, jarang ada yang mendatar kaliptra sering berbulu. Pada Polytricum sp. ukuran gametofitnya
bervariasi dapat mencapai 35 cm.
Alat-alat kelamin terkumpul pada ujung
batang atau ujung-ujung cabangnya, dan dikelilingi oleh daun-daun yang letaknya
aling atas. Daun-daun itu kadang-kadang mempunyai bentuk dan susunan yang
khusus. Reproduksi vegetatif dengan spora, generatif dengan arkegonium dan
anteridium menghasilkan sperma (Prasetyo, 2002).
3.3
Lichen
Lichenes adalah organisme yang merupakan asosiasi dari
Fungus dan alga, huhungan antara kedua organisme tersebut adalah sedemikian
rupa hingga membentuk suatu talus tunggal. Komponen fungi disebut mikobion dan
komponen alga disebut fikobion. Mikobionnya sebagian besar adalah Ascomycetes
hanya beberapa saja yang Basidiomytes atau Deutromycetes. Sebagian besar
Lichenes yang askomisetik funginya adalah dari golongan Discomycetes: Mikobion
tidak pernah dari Hemiasomycetidae, Plectomycetidae atau Laboulbeniomycetidae.
Fikobion umumnya dari Chlorophyceae yang bersel tunggal atau dari Cyanophyceae (Suhono,
2012).
Perkembangbiakan lichenes melalui tiga cara, yaitu
(Yurnaliza, 2002):
a) Secara
Vegetatif
1. Fragmentasi
Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan memisahkan bagian
tubuh yang telah tua dari induknya dan kemudian berkembang menjadi individu
baru.Bagian-bagian tubuh yang dipisahkan tersebut dinamakan fragmen.Pada
beberapa fruticose lichenes, bagian tubuh yang lepas tadi, dibawa oleh angin ke
batang kayu dan berkembang tumbuhan lichenes yang baru. Reproduksi vegetatif
dengan cara ini merupakan cara yang paling produktif untuk peningkatan jumlah
individu.
2. Isidia
Kadang-kadang isidia lepas dari thallus induknya yang
masing-masing mempunyai simbion. Isidium akan tumbuh menjadi individu baru jika
kondisinya sesuai.
3. Soredia
Soredia adalah kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang
membelah dan diselubungi benag-benang miselium menjadi suatu badan yang dapat
terlepas dari induknya. Dengan robeknya dinding thallus, soredium tersebar
seperti abu yang tertiup angin dan akan tumbuh lichenes baru. Lichenes yang
baru memiliki karakteristik yang sama dengan induknya.
b) Secara Aseksual
Spora yang aseksual disebut pycnidiospores.Pycnidiospores
itu ukurannya kecil, spora yang tidak motil, yang diproduksi dalam jumlah yang
besar disebut pygnidia.Pygnidia ditemukan pada permukaan atas dari thallus yang
mempunyai suatu celah kecil yang terbuka yang disebut Ostiole.Dinding dari
pycnidium terdiri dari hifa yang subur dimana jamur pygnidiospore berada pada
ujungnya.Tiap pycnidiospore menghasilkan satu hifa jamur.Jika bertemu dengan
alga yang sesuai terjadi perkembangan menjadi lichenes yang baru.
c) Secara Seksual
Perkembangan seksual pada lichenes hanya terbatas pada
pembiakan jamurnya saja.Jadi yang mengalami perkembangan secara seksual adalah
kelompok jamur yang membangun tubuh lichenes.
Berdasarkan bentuknya lichenes dibedakan atas empat bentuk
(Yurnaliza, 2002) :
a. Crustose
Lichenes yang memiliki thallus yang berukuran kecil, datar,
tipis dan selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon atau di tanah. Jenis
ini susah untuk mencabutnya tanpa merusak substratnya. Contoh :Graphis
scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau Pleopsidium
b. Foliose
Lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun
oleh lobus-lobus. Lichen ini relatif lebih longgar melekat pada substratnya.
Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut
berputar.Bagian permukaan atas dan bawah berbeda.Lichenes ini melekat pada
batu, ranting dengan rhizines.Rhizines ini juga berfungsi sebagai alat untuk
mengabsorbsi makanan.Contoh : Xantoria, Physcia, Peltigera, Parmelia dll.
Parmelia sp
lumut kerak ini termasuk dalam kelas Ascolichenes.Lumut kerak ini merupakan
simbiosis antara Chlorophyceae (alga hijau) dengan Ascomycetes.Habitatnya
biasanya terdapat pada pepohonan atau bebatuan.Lumut kerak ini tipe tubuh
buahnya adalah apothecium yang terlatak di tepi thallusnya.Untuk Parmelia jenis
ini bgian tengahnya berwarna hijau keputihan lalu agak ke pinggir lagi berwarna
hijau kebiruan dan yang paling pinggir berwarna abu-abu.Bentuknya hampir bulat,
dan thallusnya berupa foliose (Birsyam, 1992) .
Reproduksi dari Parmelia sp yaitu secara seksual dan
aseksual. Secara aseksual dengan cara fragmentasi, isidia dan soredia.
Sedangkan secara seksual yaitu dengan cara spora yang dihasilkan oleh askokarp
(Yurnaliza, 2002).
Peranan dari Parmelia sp yaitu dari hasil ekstraksi Everina,
Parmelina dan Ramalina diperoleh minyak.Beberapa diantaranya digunakan untuk
sabun mandi atau parfum.Di Mesir digunakan sebagai salah satu campuran bahan
pembungkus mummi dan campuran pembuatan pipa cangklong untuk merokok, khususnya
Parmelia audina yang mengandung asam lecanoric (Suhono, 2012).
c.
Fruticose
Thallusnya berupa semak dan memiliki banyak cabang dengan
bentuk seperti pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu,
daun-daunan atau cabang pohon. Tidak terdapat perbedaan antara permukaan atas
dan bawah.
Contoh
: Usnea, Ramalina dan Cladonia
d.
Squamulose
Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini
disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan sering
memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan
Tempat
Studi lapangan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 16
November 2013 yang bertempat di daerah kawasan Taman Hutan Raya (Tahura)
R.Soeryo Cangar Batu Malang.
3.2
Alat
dan Bahan
3.2.1
Alat
Alat yang digunakan sebagai penunjang dalam studi lapangan
ini adalah:
1.
Kamera
1
buah
2.
Pensil
1
buah
3.
Plastik
1
buah
4.
Cutter (tajam) 1 buah
5.
Amplop
1 buah
6.
Penggaris besi 1
buah
7.
Kertas
Label 1
buah
8.
Buku
Identifikasi 1
buah
9.
Toples
1
buah
3.2.2
Bahan
Bahan yang digunakan sebagai penunjang dalam studi lapangan
ini adalah:
1.
FAA
50 % 4
liter
2.
Formalin
4
liter
2.3 Cara
Kerja
Langkah-langlah kerja pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Dicari lichen, lumut (bryophyta),
dan jamur (fungi) dengan menusuri jalan di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura)
R.Soeryo Cangar Batu Malang.
2. Diambil gambar lichen, lumut (bryophyta),
dan jamur (fungi) dengan kamera digital pada setiap spesies yang ditemukan.
3. Dimasukkan hasil temuan ke dalam
kantong plastik (cuma beberapa saja, demi menjaga kelestarian).
4. Setelah sampai di laboratorium,
dilakukan pengamatan dan dicatat ciri-cirinya secara kelompok.
5. Dibedakan berdasarkan spesies
masing-masing, diklasifikasi kemudian dideskripsikan.
6. Dibagi setiap kelompok untuk dibahas
di dalam laporan hasil studi lapangan.
7. Diherbarium spesies jamur, lumut atau lichen
yang ditemukan
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Fistulina hepatica
4.1.1
Gambar Hasil Pengamatan
Gambar pengamatan
|
Gambar literatur
|
(Birsyam,
1992)
|
4.1.2
Klasifikasi
Klasifikasi dari jamur ini adalah
(Birsyam, 1992) :
Kingdom
: Fungi
Filum :
Basidiomycota
Kelas:
Agaricomycetes
Subkelas:
Agaricomycetidae
Bangsa: Agaricales
Suku: Fistulinaceae
Marga: Fistulina
Spesies: Fistulina hepatica
4.1.3
Pembahasan
Berdasarkan
hasil pengamatan dan identifikasi spesies Jamur Fistulina hepatica merupakan
salah satu jamur yang dapat ditemukan di Tahura (Taman Hutan Rakyat) atau
Cangar Batu. Jamur ini dapat ditemukan menempel pada kayu-kayu yang basah di
daerah yang suhunya rendah. Jamur ini berbentuk hati seperti namanya dan
berwarna merah kecoklatan seperti daging
yang belum matang. Panjangnya ±5 cm dan lebarnya menncapai ± 12 cm kenyal, pada permukaan bawah tampak adanya
garis-garis seperti anyaman dan sedikit lengket.
Marga Fistulina beranggotakan jamur-jamur yang menempel pada kayu
(saprofit) dengan struktur basidiokarp berdaging dan tak bertangkai. Himenofor
jamur ini berbentuk seperti pipa polycyphelloid dan berlilin. Marga Fistulina
memiliki 4 jenis anggota, yaitu F. Africana. F. hepatica, F.antartica, dan
F.pallida. beberapa jenis marga fistulina dapat dimanfaatkan sebagai bahan
makanan, dan contoh paling terkenal adalah Fistulina
hepatica.
Jenis
ini umumnya dikenal sebagai beefstek fungus, jamur ini muncul setiap tahun
(annual) dan memiliki tubuh buah berbentuk semi bulat, cembung hingga pipih.
Saat dewasa, sebagian tepi tubuh buah Fistulina hepatica akan mengalami
pelebaran, hingga bentuknya menjadi lonjong tak beraturan. Pada tubuh buah
jamur ini juga terkadang dapat terlihat adanya alur radial (jari-jari). Saat
dalam keadaan lembab, tubuh buah ini mengeluarkan getah yang lengket (Latifah,2004).
Jamur
ini umunya hidup soliter atau dalam kelompok kecil pada tangkai dan batang kayu
yang telah mati. Mereka juga hidup pada pangkal pohon yang masih hidup, tapi
tidak terlalu berperan sebagai parasite pada tanaman tersebut. Jenis tanaman
yang sering digunakan sebagai inang adalah Captanopsis dan Quercius (Hidayat,
2006).
Jamur
daging sapi muda memiliki warna jingga kemerahan hingga merah hati, dan akan
menjadi merah tua hingga coklat saat dewasa. Jamur ini umunnya tidak memiliki
tangkai. Jika ada pun, tangkai tersebut biasanya tumbuh secara lateral dan
terkadang membentuk lilitan.panjang tali berkisar 2,5-7,5 cm. struktur tangkai
yang berdaging dengan warna yang serupa warna permukaan atas tubuh buah. Spora
jamur daging sapi berukurab 4-6 x 3-6 mikrometer, bentuknya elips dengan
struktur yang halus (Hidayat,2006).
Distribusi
jamur ini tersebar diwilayah selatan Australia, wilayah barat dan Asia Selatan,
Amerika Utara dan Selatan, hingga Eropa (Prancis). Jamur ini tumbuh dengan
pesat selama musim panas ( Birsyam,1992).
Jenis
jamur ini sering diburu untuk dimanfaatkan sebagai makanan. Sebagian besar
masyarakat mengatakan bahwa jamur ini memiliki rasa jeruk. Beberapa penduduk
umumnya mengolah jamur inidengan cara dikeringkan atau dihancurkan menjadi
bubuk. Selanjutnya bubuk jamur diini diolah dan dimasak menggunakan oven (Birsyam,
1992).
4.2 Polytricum
sp.
4.2.1
Gambar Hasil Pengamatan
Gambar pengamatan
|
Gambar literatur
|
4.2.2
Klasifikasi
Klasifikasi Polytrichum sp. menurut Aslan,(2001) sebagai
berikut:
Domain:Eukariotik
Kingdom:Fungi
Devisio:Bryophyta
Classis:Briopsida
Ordo:Polytricales
Familia:Polytrichaceae
Genus:Polytrichum
Spesies:Polytrichum
sp.
4.2.3 Pembahasan
Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah di lakukan oleh praktikan, Di dapatkan bahwa Polytrichum sp. yang kami temukan
menempel dipepohonan di Tahura (Taman
Hutan Rakyat) R. Soeryo Cangar yang lembab memiliki bentuk tubuh yang
menyerupai tanaman tinggi, memiliki daun semu.tidak terdapat seta dan kaliptra,
tinggi thallus kurang lebih 2 cm, warna thallus pada Polytrichum sp. ini berwarna hijau dan habitatnya di zona
amofibious,sedangkan bentuk thallusnya filoida seperti jarum,Polytrichum ini
lebih suka hidup di pinggir sungai,tanah liat,batuan,kayu-kayu kering,lumpur
dan gundukan pasir. biasa disebut lumut haicap atau lumut rambut,memiliki
tangkai yang tegak dan bercabang-bercabang, membentuk koloni yang luas dan
membertuk benang dengan batang panjangnya
± 6 cm .
Berdasarkan literatur menurut Indriani,(2004) Polytrichum sp. secara morfologi tanaman ini memiliki bentuk tubuh yang
menyerupai tanaman tingkat tinggi,memiliki daun semu.Terdapat kaliptra seta yang merupakan tangkai kaliptra serta
rhizoid yang menyerupai akar.kaliptra adalah ujung spora yang menutupi
sporangium,kapsul adalah tangkai yang mendukung arkegonium dan antheridium,filoidnya
adalah bagian lumut yang menyerupai daun,rhizoid adalah bagian dari lumut yang
berfungsi menyerap zat-zat hara,sporngium adalah kotak spora,
Pada sisi perut tulang daun seringkali terdapat lamella yang membujur, Daunnya
terdiri atas beberapa lapis sel. Lumut berkembangbiak dengan spora, Spra tumbuh
menjadi Protonema, kemudian menjadi Tumbuhan lumut. Tumbuhan lumut terbagi
menjadi anteridium yang menghasilkan sperma dan akegonoium yang menghasilkan
ovum. Peleburan keduanya menghasilkan zigot dan tumbuh menjadi embrio. Embrio
terus tumbuh menjadi sporangium dan menghasilkan spora.
Berdasarkan pengamatan daun pada bagian atas lebar dan
pada bagian bawah kecil-kecil atau berupa sisik-sisik. Struktur daunnya pada
pangkal lebar dan melengkung dan bagian tengahnya panjang dan lancip, seperti
yang dijelaskan dalam literatur (Campbell,2003) daun pada batang bagian bawah dapat meyerupai sisik
yang tersusum dalam 3 baris, sedangkan daun pada bagian atas lebih besar, tebal
dan tersusun rapat. Tiap daun bagian pangkalnya lebih lebar dan melengkung,
kemudian bagian tengah sampai ujung panjang dan berbangun seperti lanset.
Polytricum sp. ditemukan dimana daerah ini mempunyai udara dan tempat nya yang
lembab. Seperti halnya dijelaskan dalam literatur (Tjitrosoepomo, 2012) habitat Polytricum sp. Dapat tumbuh diatas
tanah-tanah gundulyang periodik mengalami masa kekeringan, bahakn diatas pasir
dapat tumbuh. Selanjutnya rumput ini dapat tumbuh antara rumput-rumput, diatas
batu-batu cadas, pada batang pohon dan cabang-cabang pohon, dirawa-rawa, tetapi
jarang didalam air. Dapat juga ditemukan pada tempat-tempat lembab.
Berdasarkan literatur (Tjitrosoepomo, 1989) Arkegonium dan anteridium terdapat
pada tumbuhan berlainan. Anteridium dipucuk tumbuhan jantan dan arkegonium dipucuk
tumbuhan betina. Gametofit dapat tumbuhan tinggi dengan daun yang sempit.
Kapsul tegak, jarang ada yang mendatar kaliptra sering berbulu. Pada polytricum
sp. ukuran
gametofitnya bervariasi dapat mencapai 35 cm.
Alat-alat kelamin terkumpul pada ujung batang atau
ujung-ujung cabangnya, dan dikelilingi oleh daun-daun yang letaknya aling atas.
Daun-daun itu kadang-kadang mempunyai bentuk dan susunan yang khusus.
Reproduksi vegetatif dengan spora, generatif dengan arkegonium dan anteridium
menghasilkan sperma (Prasetyo, 2002).
Reproduksi spesies ini secara vegatif dan seksual.Secara
vegetatif dengan dua cara : 1. Membentuk bulbil (tunas berbentuk seperti bola
lampu) pada rhizoid.2. Penggandaan protonema.3. Tunas-tunas pada protonema
membentuk tunas-tunas yang baru. Sedangkan secara seksual yaitu alat kelamin
tumbuh bergerombol Pada ujung sumbu tegak ,dan anteridium dikelilingi oleh
filoida yang tersusun rapat ,bentuknya pendk dan berwarna merah kecoklatan
(Wiley,1982).
Lumut ini dipercaya bisa digunakan
sebagai obat, meski masih diperlukan penelitian lebih lanjut, termasuk uji
klinis. Secara tradisional lumut dari marga usnea dipakai untuk obat diare atau
sakit perut dengan cara direbus. Sementara dari marga lumut sphagnum digunakan
sebagai obat penyakit kulit dan mata (Birsyam, 1984).
Memiliki peran dalam ekosistem sebagai
penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai spons).
Bisa digunakan sebagai ornament tata ruang (Yulianto, 1992).
4.3 Parmelia
sulcata
4.3.1 Gambar
Hasil Pengamatan
Gambar pengamatan
|
Gambar literatur
|
(Birsyam, 1992)
|
4.3.2
Klasifikasi
Klasifikasi Parmelia
sulcata menurut (Birsyam, 1992) adalah
:
Kingdom Fungsi
Divisio Ascomycota
Class Lecanoromycetes
Ordo Lecanorales
Family Parmeliaceae
Genus Parmelia
Spesies Parmelia sulcata
4.3.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah
dilakukan, di ketahui bahwa spesies ini bernama Parmelia sulcata.
Setelah di identifikasi, Parmelia sulcata termasuk dalam kingdom fungi
dan termasuk dalam jenis lichenes (lumut kerak) yaitu foliose karena memiliki
struktur seperti daun. Parmelia sulcata mempunyai bagian-bagian di
antaranya talus yang berbentuk seperti lembaran daun yang banyak berlekuk dan
berwarna abu-abu kepucatan. Pada saat pengamatan, Parmelia sulcata
banyak di temukan menempel pada batang kayu tumbuh-tumbuhan, panjangnya sekitar
7 cm.
Parmelia sulcata termasuk dalam
kingdom fungi. Genus Parmelia sulcata an termasuk famili Parmeliaceae.
Ini adalah jenis lumut yang sangat umum, luas yang dapat ditemukan di cabang
dan ranting. Hal ini jarang ditemukan di daerah kering dan berbatu. Berbeda
dengan lumut itu cukup toleran dengan polusi. Parmelia sulcata yang
dapat bervariasi dari abu-abu pucat ke warna abu-abu kehijauan dengan tambalan
terdiri dari datar, tumpang tindih cabang dan lobus. Tambalan biasanya ukuran
2-7 cm tetapi sering bisa lebih kecil pada ranting. Talus foliose yang biru
untuk warna abu-abu dan menjadi perunggu ketika tuan semi-hampir mati (Kimball,
1999).
Parmelia sulcata adalah foliose lumut
dengan lobus sempit antara 1-3 mm. Talus lumut ini memiliki garis putih pada
permukaan atas talus yang berwarna abu-abu. Pori-pori kulit putih banyak pada
permukaan atas yang berkembang menjadi sorediate isidia. Soredia ditemukan di
retakan pada tepi permukaan atas dan pada permukaan tepi dekat dengan rhizines
squarrose berwarna hitam sampai coklat. Karakteristik Parmelia sulcata
yaitu pada tiap lobus ditutupi oleh jaringan garis putih (pseudocyphelles)
(Birsyam, 1992).
Umumnya Parmelia sulcata banyak di
temukan pada kulit dan pohon konifera gugur dan kadang-kadang pada batuan dan
lumut di hutan terbuka pada semua ketinggian. Parmelia sulcata juga
dapat tumbuh di bebatuan sepanjang danau. Pada bagian lain dari jangkauan,
tumbuh di utara menghadap tebing di dekat danau atau terpapar di pegunungan
(Birsyam, 1992).
Lumut kerak (Parmelia sulcata) ini
masuk dalam kelas Ascolichenes Karen merupakan simbiosis antara jamur
Ascomycota dan chlorophyta. Mikobinya adalah Ascomycetes dan fikobinya adalah
Chlorophyta, sel-sel alga yang terbungkus oleh hifa, terdapat pada permukaan
talus lichenes, terdapat butir-butir putih di atas permukaan talus. Butir-butir
tersebut merupakan aksospora sebagai alat reproduksi secara seksual. Sedangkan
untuk reproduksi aseksualnya terdapat soredia, dimana soredia ini mudah terbawa
air atau udara sehingga ketika soredia tersebut terbawa air atau udara dan
menemukan tempat yang cocok maka akan tumbuh individu baru. Pembelahan
aseksualnya terjadi pada medulla melalui soredium. Soredium dan askus ini
terdapat di atas misselium (Iqbal,2008).
Parmelia sulcata adalah salah satu
spesies epifit yang paling umum di belahan utara. Telah di gunakan oleh utara
Eropa dan Kanada Inuit untuk memproduksi coklat kekuningan untuk pewarna coklat
berkarat. Jenis burung Kolibri Rufous menggunakan lichenes ini untuk
menyamarkan sarang mereka. Parmelia sulcata digunakan untuk pewarna wol
di Amerika Utara (Kimball, 1999).
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan
pada species lumut kerak yaitu Parmelia sulcata, apabila di bandingkan
dengan beberapa literature yang sudah di kemukakan di atas terdapat kesesuaian
atau persamaan mengenai bentuk dari Parmelia sulcata. Bentuk talusnya
menyerupai lembaran daun, oleh karena itu spesies lumut kerak ini termasuk
jenis foliose. Parmelia sulcata ini memiliki warna abu-abu kepucatan
atau abu-abu kehijauan dan banyak di temukan menempel pada pohon dan bebatuan.
Kata Latin sulcata berarti pembajak atau pembelah, terkait
dengan bentuknya mirip alat bajak. Ini merupakan spesies liken yang sering di
temukan karena tersebar luas di daerah subtropis dan di daerah pegunungan
(Suhono, 2012).
Spesies ini amat peka terhadap polusi udara sehingga umumnya
tumbuh di daerah yang bebas polusi, seperti di daerah pegunungan. Jenis ini
tidak akan tumbuh baik jika terjadi polusi udara. Keberadaan spesies liken yang
tumbuh subur menjadi indikator bahwa daerah itu bebas polusi (Suhono, 2012).
Licen bajak memiliki bentuk tubuh buah seperti lembaran daun
atau foliosa. Lembaran tubuh buah bercabang dan lebar sehingga mirip alat bajak
dengan warna kelabu atau kelabu agak kehijauan. Apothesia terdapat diujung
tubuh buah (Suhono, 2012).
Liken bajak merupakan liken epifit yang hidup pada batang
tumbuhan di daerah pegunungan (Suhono, 2012).
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Fistulina
hepatica menempel pada kayu-kayu yang basah, Jamur ini
berbentuk hati seperti namanya dan berwarna merah kecoklatan seperti daging yang belum matang. Panjangnya
±5 cm dan lebarnya menncapai ± 12
cm kenyal, pada permukaan bawah tampak
adanya garis-garis seperti anyaman dan sedikit lengket.
2. Polytrichum
sp. memiliki bentuk tubuh yang menyerupai tanaman tinggi, memiliki daun
semu.tidak terdapat seta dan kaliptra, tinggi thallus kurang lebih 2 cm, warna
thallus pada Polytrichum sp. ini
berwarna hijau dan habitatnya di zona amofibious, sedangkan bentuk thallusnya
filoida seperti jarum, Polytrichum ini lebih suka hidup di kayu-kayu kering,
lumpur dan gundukan pasir. biasa disebut lumut haicap atau lumut
rambut,memiliki tangkai yang tegak dan bercabang-bercabang, membentuk koloni
yang luas dan membertuk benang dengan batang panjangnya ± 6 cm .
3. Parmelia sulcata mempunyai
bagian-bagian di antaranya talus yang berbentuk seperti lembaran daun yang
banyak berlekuk dan berwarna abu-abu kepucatan. Pada saat pengamatan, Parmelia
sulcata banyak di temukan menempel pada batang kayu tumbuh-tumbuhan,
panjangnya sekitar 7 cm.
5.2 Saran
Diharapkan
studi lapangan berikutnya yaitu harus lebih baik dari yang
sekarang, baik dari segi sarana dan prasarana harus lebih
diperhatikan. Efisiensi waktu perlu diperhatikan agar dapat melakukan studi
lapangan dengan benar, optimal dan mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.
DAFTAR
PUSTAKA
Aslan,
W. 2001. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. STKIP Singaraja: Singaraja
Birsyam, Inge
L. 1992. Botani Tumbuhan Rendah. Bandung: ITB
Campbell, neil
A, J.B Reece dan L.G Mitchel. 2003. Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga
Hidayat,
Otang. 2006. Diktat Botani Cryptogamae.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Indriani,
Hety dan Sumiarsih, Emi. 2004. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Jamur.
Jakarta: Penebar Swadaya
Iqbal, Ali. 2008. Sistematika Tumbuhan Cryptogamae. Jakarta: Erlangga
Kimball, J.W.1999. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Latifah, Eva.
2004. Biologi 2. Bandung: Remaja Rosda Karya
Moore,
R. Bubier, Jill. 1995. Predicting Methane Emission From Bryophyte Distribution
in Northern Canadia Peatlands. Ecology,
76 (3), 677-693
Prasetyo, T.I.dkk. 2002. Struktur Morfologi dan
Anatomi Bryophyta. Malang: Universitas Negeri Malanhttp://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2440665567814493732#editor/src=dashboardg
Printarakul,
Narin. Wongkuna, Kanjana. Kornochalert, Soonthree. Santanachote, Kanya. 2009. Database
of bryophytes and their ecological parameters in the CMU Herbarium. MaejoInt. J. Sci. Technol. 2009, 3(01), 99-129
Septiana,
eris. 2011. Potensi Lichen Sebagai Sumber Bahan Obat: Suatu Kajian Pustaka Prospect
Of Lichen As A Medicinal Resource: A Literature Review. Jurnal Biologi XV (1) : 1 – 5. ISSN : 1410 5292
Suhono,
B. 2012. Ensiklopedia Biologi Dunia Tumbuhan Runjung Dan Jamur. Jakarta:
Lentera Abadi.
Tjitrosoepomo,
G. 1989. Taksonomi Tumbuhan.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Tjitrosoepomo,
G. 2012. Taksonomi Tumbuhan.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Wiley,John
and Sonc Inc.1982.Botany.California:
University of California Davis
Yulianto, suroso
adi. 1992. Pengantar cryptogamae. Bandung: Tarsito