LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH
ALGA (RHODOPHYTA)
Dosen Pengampu:
Drs. Sulisetijono, M.Si
Ainun Nikmati Laily, M.Si
Disusun oleh :
Ahmad Fuat Dudin (12620001)
Uswatun Khasanah (12620041)
Nailirrohmah Hidayatin (12620042)
Anik Karimatu Yuliana (12620049)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia merupakan negara megabiodiversity yang kaya akan keanekaragaman hayati di darat maupun di laut. Berbagai keunikan muncul dari setiap jenis
spesies yang ada baik dari segi bentuk, ukuran, dan warna.
Luas Wilayah Indonesia tidak kurang dari 5,8
juta km2 dan
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.480 pulau yang
terdiri dari pulau besar dan pulau kecil. Luas daratan Indonesia adalah
1.922.570 km² dan luas perairannya 3.257.483 km² (Reza, 2013).
Kekayaan alam Indonesia didominasi oleh makhluk hidup yang ada di
laut, salah satunya adalah makroalga Rhodophyta (Alga Merah), yang umumnya
hidup di air laut tetapi ada beberapa yang hidup di air tawar (Sulisetjono,
2009).
Alga
merah atau Rhodophyta adalah salah satu filum dari alga berdasarkan zat warna
atau pigmentasinya. Ganggang ini hidup di laut dan kira-kira 50 jenis di air
tawar bentuk tubuh seperti rumput sehingga disebut dengan rumput laut. Tubuh
bersel banyak bentuk seperti lembaran, talusnya mikroskopik dan multiseluler.
Warna merah karena mengandung pigmen fikoeritrin.
Pantai kondang merak terletak di Desa Srigonco,
Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang merupakan pantai yang masih alami pantainya
luas dengan pasir yang putih bersih, pesisir pantai yang rindang oleh
pepohonan, batu karang yang besar-besar terlihat sangat kokoh dan cantik.
Spesies dari divisi
Rhodophyta dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang, yakni dalam bidang kesehatan, bidang
pangan, bidang ekonomi, dan bidang pendidikan.
Hal tersebut seperti firman Allah SAW dalam surat Al-An’am:99, yang
menjelaskan bahwa segala sesuatu yang telah diciptakan Allah SWT di alam ini
pasti memiliki manfaat masing-masing.
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami
tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan
itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu
butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang
menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima
yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya
berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian
tentang makroalga Rhodophyta (Alga Merah) di Pantai Kondang Merak di Malang
Selatan, agar lebih mudah mengerti dan memahami alga dari divisi tersebut
karena langsung mempelajari di habitat aslinya.
1.2
Tujuan
Penelitian ini
bertujuan untuk Studi lapangan keanekaragaman alga yang berhabitat di zona
pasang surut Pantai Kondang Merak di Malang Selatan
1.3
Manfaat
Manfaat diadakannya penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa mengetahui macam-macam alga yang ditemukan di zona pasang surut Pantai Kondang Merak di Malang Selatan
2. Mahasiswa mampu mengelompokkan spesies alga berdasarkan ciri-cirinya
sesuai dengan golongan divisi-nya
3. Mahasiswa mampu mengetahui klasifikasi specimen alga dari divisi
Rhodophyta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Alga Rhodopyta mempunyai
ciri-ciri yaitu dinding selnya terdir dari selulose dan agar atau karagen, alga
ini tidak pernah menghasilkan sel-sel yang berflagel karena kebanyakan alga
devisi rhodopyta bersifat makroskopis. Alga merah atau Rhodopyta adalah salah satu
filum dari alaga berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Warna merah pada
alga ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah banyak dibandingkan
pigmen klorofil a dan d, karoten, dan xantofil. Cadangan makanan berupa
tepung flaridae dan terdapat diluar khloroplas (Winarno, 1990).
Tubuh thalus dari devisi Rhodopyta, hampir semuanya
tersusun atas multiseluler, hanya dua marga saja yang uniseluler. Thalus yang
multiseluler berbentuk filamen silinder ataupun helaian. Pada dasarnya thalus
yang multiseluler terutama yang tingkatannya terdiri dari filamen-filamen yang
bercabang-cabang dan letaknya sedemikian rupa hingga membentuk thalus yang
pseudoparenkhimatik. Dan thalus pada umumnya melekat pada substrat dengan
perantaraan alat pelekat. Pada Rhodopyta yang tinggi tingkatannya memilki 2
tipe thalus yaitu monoaksila dan multiaksial (Tjitrosoepomo, 2003).
Reproduksi secara vegetatif dilakukan dengan fragmentasi,
Rhodopyta memebentuk satu atau beberapa macam spora yang tidak berflagel yaitu
karpospora (spora seksual), spora netral, monospora bispora, tetraspora atau
polispora. Sedangakan reproduksi generatif di lakukan dengan cara oogami,
pembuahan sel kelamin betina (ovum) oleh sel kelamin jantan (spermatium)
(Sulisetjono, 2009).
Ceramiales adalah ordo terbesar yang tampaknya monophyletic menurut
analisis urutan rbcL (Freshwater,et al.,1994).Semua anggota uniaksial (Hoek,van
den,et al.,1995).Kelompok ini juga ditandai oleh reproduksi
autapomomorphy-pembantu pembentukan sel sel setelah pembuahan,daripada sebelumnya
seperti yang terjadi di Florideophyceae lain.Sel auxiliary terbentuk dari sel
pendukung (a periaxial sel) dari carpogonial bersel empat cabang.Jenis alat
reproduksi wanita disebut procarp.
Di pantai Pasifik Amerika Utara , jumlah yang
lebih besar spesies Membranoptera telah diakui ,sebanyak
enam sampai delapan ( Gardner 1926 , Wynne 1970, Abbott dan Hollenberg 1976 , Gabrielson et al . 2004, 2006 , Lindeberg dan Lindstrom 2010) . Di Atlantik Utara dua
spesies Pantoneura biasanya telah diakui , P. fabriciana ( Lyngbye ) MJ Wynne [ sebelumnya P. baerii ( Ruprecht ) Kylin ] dan P. angustissima ( Turner ) Kylin ( Wynne 1997) . Mantan spesies juga dilaporkan terjadi di Alaska ( Lindstrom 1977) , dan P. juergensii ( J. Agardh ) Kylin diketahui dari Kepulauan Aleutian dan Laut Bering ( Wynne 1970, Klochkova et al . 2009) . Kesulitan dalam memisahkan taksa Membranoptera dan Pantoneura dari barat laut Atlantik Utara menggunakan morfologi telah dibahas secara rinci oleh Lamb dan Zimmermann ( 1964). Menurut mereka yang paling umum bentuk M. alata terjadi di New England adalah "Bentuk yang sangat sempit dari spesies". Dengan mengacu Pasifik Spesies Amerika Utara Membranoptera , Hawkes et al . ( 1978) mengamati bahwa " hampir mustahil untuk membedakan Membranoptera multiramosa dari M. platyphylla " karena inconsistences dalam deskripsi dari mantan spesies . ( Wynne,2012).
spesies Pantoneura biasanya telah diakui , P. fabriciana ( Lyngbye ) MJ Wynne [ sebelumnya P. baerii ( Ruprecht ) Kylin ] dan P. angustissima ( Turner ) Kylin ( Wynne 1997) . Mantan spesies juga dilaporkan terjadi di Alaska ( Lindstrom 1977) , dan P. juergensii ( J. Agardh ) Kylin diketahui dari Kepulauan Aleutian dan Laut Bering ( Wynne 1970, Klochkova et al . 2009) . Kesulitan dalam memisahkan taksa Membranoptera dan Pantoneura dari barat laut Atlantik Utara menggunakan morfologi telah dibahas secara rinci oleh Lamb dan Zimmermann ( 1964). Menurut mereka yang paling umum bentuk M. alata terjadi di New England adalah "Bentuk yang sangat sempit dari spesies". Dengan mengacu Pasifik Spesies Amerika Utara Membranoptera , Hawkes et al . ( 1978) mengamati bahwa " hampir mustahil untuk membedakan Membranoptera multiramosa dari M. platyphylla " karena inconsistences dalam deskripsi dari mantan spesies . ( Wynne,2012).
Ciri-ciri Membranoptera sp
Bentuk talus dan tipe : frondose atau jenis pita
Substratum : batuan intertidal
Terjadinya : di zona litoral pertengahan, batu disekitar pantai
Musim : November-April
Kelimpahan : langka
Deskripsi : Tumbuhan berwarna merah mengkilap, luas flat 2-3 mm dengan
Substratum : batuan intertidal
Terjadinya : di zona litoral pertengahan, batu disekitar pantai
Musim : November-April
Kelimpahan : langka
Deskripsi : Tumbuhan berwarna merah mengkilap, luas flat 2-3 mm dengan
percabangan tidak teratur (Abbot IA,1978).
Ciri-ciri umun dari sisi
morfologinya alga Kappaphycus conttonii iatu alga ini tumbuh tegak, rimbun,
melekat pada substrat dengan cakram perekat, warna kemerahan, kecoklatan ,
kadang kehijaun, tinggi mencapai 20-1=25 cm. Thalli silindris, sumbu utama bisa
mencapai diameter 10-15 mm, thalii kaku dan kuat (Indriani dan Sumiarsih,
1996).
Habitat Kappaphycus dapat
ditemukan di karang-karang yang tajam atau yang rata dikedalaman 1 sampai di
zona subtidal. Sering ditemukan sebagai koloni bahan kadang mirip suatu padang
alga. Lebih menyukai perairan yang terlindung daripada perairan yang
terbuka dan berombak besar. Persebaran spesies ini sangat luas, dapat ditemukan
di Afrika dan sebagian besar negara Asia Tenggara. Seperti Indonesia, Malaysia,
Singapura, dan Vietnam (Indriani dan Sumiarsih, 1996).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Study Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 12-13 Oktober 2013,
Bertempat di Pantai Kondang Merak Malang Selatan tepat pada pukul 15.00-09.00
WIB. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam studi
lapangan kali ini adalah sebagai berikut:
1.
Alat tulis
2.
Alat dokumentasi
3.
Ice box
4.
Toples
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam studi lapangan
kali ini adalah sebagai berikut:
1.
Es
2.
Label
3.
Kantong Plastik
4.
Formalin 5%
3.3 Cara Kerja
Langkah-langkah
yang dilakukan sebelum pengamatan dalam studi lapangan ini adalah sebagai
berikut:
1.
Ditunggu air Pantai
Surut
2.
Dicari Alga-alga yang
terdapat di Pantai
3.
Diamati dan diukur
Alga-alga tersebut
4.
Difoto Alga-alga untuk
dijadikan dokumentasi
5.
Diambil Alga
6.
Dimasukkan Alga-alga
kedalam kantong plastic
7.
Diidentifikasi Alga-alga
8.
Ditulis nama ilmiahnya
dengan kertas label
9.
Dimasukkan ke dalam ice
box yang sudah berisi es batu
10. Ditutup rapat ice box
11. Diencerkan formalin 20% menjadi 5% dengan
aquades
12. Dimasukkan larutan formalin 5% ke dalam
toples beserta alga
(pastikan larutan formalin hingga menutupi
alga)
13. Ditutup toples hingga rapat
14. Ditulis nama spesies dengan kertas label
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Pengamatan
Hasil dari
pengamatan air di Kondang Merak adalah sebagai berikut:
4.1.1
Membranoptera sp
Gambar
Pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
|
(Wynne,2012)
|
Keterangan :
Warna : Hijau
kemerah merahan
Talus :
Tipis kaku/keras
Cabang :
Tidak teratur
Holdfast :
Serabut,tidak bisa dibedakan dengan stipe
Menempel :
Dibatu
Panjang :
±7 cm
Habitat :
Laut
4.1.2 Pembahasan
Membranoptera sp
Klasifikasi menurut
Bold dan Wynne (1985):
Kingdom: Plantae
Divisi: Rhodophyta
Class:
Florideophyceae
Ordo : Ceramiales
Family : Delesseriaceae
Genus : Membranoptera
Spesies : Membranoptera sp
Berdasarkan hasil pengamatan
Membraoptera sp memiliki ciri-ciri bertalus tipis kaku atau keras,cabangnya
tidak teratur,bladenya berbentuk lembaran,holdfastnya serabut dan tidak bisa
dibedakan dengan stipe,menempel pada batu atau substrat, warna talusnya hijau
kemerah-merahan ,panjang talusnya ±7 cm dan habitatnya dilaut.Jenis alga ini
termasuk jenis alga yang langka dan jarang ditemukan. Penemuan alga ini
menempel pada bebatuan pinggir pantai.
Ciri
ciri membranoptera sp menurut (Abbot IA,1978)
yaitu :
Bentuk talus dan tipe : frondose atau jenis pita
Substratum : batuan intertidal
Terjadinya : di zona litoral pertengahan, batu disekitar pantai
Musim : November-April
Kelimpahan : langka
Deskripsi : Tumbuhan berwarna merah mengkilap, luas flat 2-3 mm dengan
Substratum : batuan intertidal
Terjadinya : di zona litoral pertengahan, batu disekitar pantai
Musim : November-April
Kelimpahan : langka
Deskripsi : Tumbuhan berwarna merah mengkilap, luas flat 2-3 mm dengan
percabangan tidak teratur.
4.2 Kappaphycus cottonii
Gambar
Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|||
|
(iptek.net.id)
|
Klasifikasi alga Kappaphycus
cottonii menurut Smith (1995) yaitu ;
Kingdom :Plantae
Devisi :Rhodopyta
Kelas : Rhodopyceae
Bangsa : Gigartinales
Suku : Solieriaceae
Marga : Kappaphycus
Jenis : Kappaphycus cottonii
Berdasarkan hasil pengamatan Kappaphycus cottonii memiliki
karakteristik talusnya bergerombol,bentuk batangnya silindris,cabangnya tidak
teratur,ujung talusnya runcing,warna talus hijau kemerah-merahan,tekstur
kenyal,bentuk holdfast serabut ,panjang spesiesnya ±9 cm dan panjang talus ±
3cm dan habitat dilaut. Penemuan spesies ini ditemukan menempel di bebatuan
pinggir pantai.
Ciri-ciri umun dari sisi morfologinya alga Kappaphycus
conttonii iatu alga ini tumbuh tegak, rimbun, melekat pada substrat dengan
cakram perekat, warna kemerahan, kecoklatan , kadang kehijaun, tinggi mencapai
20-1=25 cm. Thalli silindris, sumbu utama bisa mencapai diameter 10-15 mm,
thalii kaku dan kuat (Indriani dan Sumiarsih, 1996).
Habitat Kappaphycus
dapat ditemukan di karang-karang yang tajam atau yang rata dikedalaman 1 sampai
di zona subtidal. Sering ditemukan sebagai koloni bahan kadang mirip suatu
padang alga. Lebih menyukai perairan yang terlindung daripada perairan
yang terbuka dan berombak besar. Persebaran spesies ini sangat luas, dapat
ditemukan di Afrika dan sebagian besar negara Asia Tenggara. Seperti Indonesia,
Malaysia, Singapura, dan Vietnam (Indriani dan Sumiarsih, 1996).
Kappaphycus
cottonii bukanlah nama asli dari spesies alga merah ini.
Pemakaina cottonii lebih kepada nama perdagangan. Nama asli dari Kappaphycus
cottonii adalah Kappaphycus alverezii. Spesies ini sangat cepat berkembang dan
beregenerasi sehingga spesies ini merupakan spesies peng-invasi. Kemampuan
Kappaphycus tumbuh yang dapat melebihi batas bisa membahayakan koral-koral yang
ditumpanginya (Indriani dan Sumiarsih, 1996).
Sebagai salah satu jenis spesies alga merah, jenis
kelamin dari genus Kappaphycus terpisah antara alga satu dengan yang lain. Alga
ini menghasilkan sel gamet (seperti sperma dan sel telur) yang mengandung
setengah kode genetik (1n). Ketika gamet ini terbuahi, mereka berkembang
menjadi carposporophyte (2n) yang sering ditemui di dalam cystocarp. Spora ini
kemudian hanyut terbawa air dan menempel dan kemudia berkembang menjadi
tetrasporophyte (2n). Terkadang tetrasporophyte ini terlihat identik dengan
induknya, kejadian ini sering disebut alternasi isomorpik. Namun, ada pula yang
berbeda sama sekali. Tetrasporophyte ini kemudian menghasilkan spora 1n melalui
pembelahan meiosis. Spora ini disebut tetrasporangia. Spora ini kemudian
dilepaskan kembali dan hanyut terbawa air dan menempel lagi. Dengan ini siklus
perkembangan terulang lagi (Indriani dan Sumiarsih, 1996).
Kappaphycus cottonii adalah salah satu
jenis alga yang sangat efektif untuk pengganti bahan bakar fossil, karena
pertumbuhan dan perkembangbiakannya yang tergolong cepat. Selain itu, alga ini
mempunyai nilai jual yang lumayan. Pemanfaatan lain alga ini seperti makanan
bagi hewan, pengikat ion logam cadmium dengan timbal, pupuk, dan beberapa
sebagai obat-obatan (Dahuri, 1996).
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa diantara alga
yang telah ditemukan yaitu:
1. Membraoptera sp memiliki ciri-ciri bertalus tipis
kaku atau keras,cabangnya tidak teratur,bladenya berbentuk lembaran,holdfastnya
serabut dan tidak bisa dibedakan dengan stipe,menempel pada batu atau substrat,
warna talusnya hijau kemerah-merahan ,panjang talusnya ±7 cm dan habitatnya
dilaut.Jenis alga ini termasuk jenis alga yang langka dan jarang ditemukan.
2. Kappaphycus cottonii memiliki karakteristik talusnya
bergerombol,bentuk batangnya silindris,cabangnya tidak teratur,ujung talusnya
runcing,warna talus hijau kemerah-merahan,tekstur kenyal,bentuk holdfast
serabut ,panjang spesiesnya ±9 cm dan panjang talus ± 3cm dan habitat dilaut.
Penemuan spesies ini ditemukan menempel di bebatuan pinggir pantai.
5.2 Saran
Kuliah kerja
lapangan mata kuliah taksonomi tumbuhan rendah lebih di perhitungkan lagi
mekanisme penelitian ,dan perlu adanya tinjauan ulang tentang tempat penelitian
pada tahun depan apakah masih layak atau tidak tempat penelitian makroalga .
DAFTAR PUSTAKA
Abbot IA, Dawson EY. 1978. How to
Know The Seaweed. Boston: Mc Graw-Hill
Dahuri, dkk.
1996. Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.
Jakarta; PT. Pradnya Paramitha
Indriani,H dan Emi Sumiarsih.1996.Budidaya
Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut.Jakarta:
Penebar Swadaya
Saptasari, Murni. 2007. Botani
Tumbuhan Bertalus Alga. Malang : FMIPA .
Sulisetjono. 2009. Bahan Serahan
Alga. Malang; UIN Press
Tjitrosoepomo, Gembong. 2003. Taksonomi
Tumbuhan. Yogyakarta; sUGM Press
Winarno. 1990. Teknologi Pengolahan
Rumput Laut. Jakarta; Pustaka Sinar Harapan
Wynne,Michael J dan Gary W.Saunders.2012. Taxonomic assessment of North American
species of the genera Cumathamnion,
Delesseria, Membranoptera and Pantoneura (Delesseriaceae, Rhodophyta) using
molecular data. Research
Article.Hal 155-170.