Tak ada seorang wanita pun yang mau menderita penyakit kanker payudara, namun minimnya pengetahuan tentang penyakit ini, membuat kita lengah. Akibatnya bisa gawat, maka dari itu sekali waktu perlu memeriksa payudara untuk menghindari penyakit mengerikan ini, karena dari pemeriksaan itu kita akan dapat mengantisipasi jika ada tanda-tanda aneh pada payudara.
Menurut dr. Sutjipto, Sp.B.Onk, hingga saat ini, penyebab kanker belum diketahui secara pasti. Karena itu, upaya pencegahan sebenarnya juga tidak ada. Satu-satunya usaha yang bisa dilakukan adalah menemukan kanker payudara sedini mungkin sehingga terapi yang dilakukan bisa membantu seseorang untuk memperpanjang usia harapan hidup.
Dan hingga kini, penyebab kanker payudara masih banyak diperdebatkan oleh para ahli. Tetapi penyakit ini lebih banyak terdapat pada :
- Wanita di usia 45 tahun
- Wanita yang mempunyai saudara (ibu, kakak) yang pernah terkena kanker payudara
- Wanita yang pernah mengidap kanker
- Adanya gumpalan benjolan di bawah ketiak
- Jaringan buah dada yang menebal dan terasa sakit
- Putting susu terasa sakit dan mengeluarkan darah
- Perubahan kulit pada daerah puting
Amati
- Berdiri didepan cermin dan perhatikan satu demi satu payudara anda. Periksa: ukuran, bentuk, warna, garis bentuk payudara simetris atau tidak serta warna puting.
- Angkat lengan tinggi-tinggi melebihi kepala dan perhatikan payudara dari sisi yang satu ke sisi yang lain. Raba-rabalah dengan lembut.
- Tekan tangan anda pada pangkal paha dan dorong pundak ke arah depan. Amati satu demi satu payudara anda.
- Berdiri di depan cermin dan mulailah melakukan pemeriksaaan tepat di bawah tulang selangka.
- Basahi ujung-ujung jari tangan kiri dengan body lotion. Tekan lembut payudara sebelah kanan dengan tangan kiri dan buat putaran kecil melingkari payudara dengan gerakan memutar ke seluruh area payudara termasuk puting.
- Lanjutkan pemeriksaan ke jaringan-jaringan payudara di bawah ketiak.
- Lakukan hal yang sama pada payudara sebelah kiri, dengan menggunakan tangan kanan.
- Berbaringlah dan angkat salah satu lengan anda melebihi batas kepala.
Menurut dr. Sutjipto, Sp.B.Onk, sekitar 70 persen pasien kanker payudara datang ke rumah sakit berada pada kondisi stadium lanjut. Penyebab keterlambatan penderita datang ke dokter ini, antara lain takut operasi, percaya pada pengobatan tradisional atau paranormal dan faktor ekonomi atau ketiadaaan biaya. ” Padahal makin tinggi stadiumnya maka kemungkinan sembuh akan turun hingga 15 persen,”
Ia menambahkan bahwa perempuan tidak boleh meremehkan jika ada benjolan di payudaranya. Meski tidak semua benjolan di payudara berarti kanker, tapi tidak ada salahnya untuk melakukan pemeriksaan sehingga bisa dipastikan dan cepat ditangani.
Selain benjolan, hal lain yang perlu dicurigai adalah kista pada payudara disertai keluar cairan dari puting susu. Dikuatkan dengan penemuan tanda-tanda penyebaran sel kanker saat diperiksa dengan USG atau mamografi. Bahkan dari pengalaman, Sutjipto bisa memastikan sebuah benjolan pada payudara merupakan kanker atau bukan hanya lewat sentuhan. ” Jika benjolan tersebut dipegang dan terasa keras seperti kentang atau bakso yang berada dalam kulkas, maka bisa dipastikan benjolan tersebut adalah kanker,” jelasnya.
Jika sel kanker berada pada stadium dini hingga stadium 3 maka terapi yang dilakukan berupa pembedahan, kemoterapi (pemberian obat antikanker), terapi radiasi atau hormonal. ” Tapi jika sudah mencapai stadium 4, kita tidak bisa melakukan apa-apa, kecuali kemoterapi dan radiasi.
Sampai pertengahan abad ke-19, pengobatan kanker payudara dilakukan hanya dengan pengangkatan tumor saja dan terbukti tidak efektif. Rata-rata penderita meninggal pada tahun pertama atau kambuh lagi. Tahun 1863, ilmuwan Inggris dr. Sir James Paget menyarankan tindakan pembedahan yang lebih luas, tapi cara ini juga tidak berhasil. Kemudian antara tahun 1875-1882, Dr Charles H. Moore melakukan terapi dengan mengangkat seluruh jaringan payudara, populer dengan istilah mastektomi. ” Tapi ini pun belum berhasil karena sel kanker masih tumbuh lagi di ketiak hingga tulang belikat,” jelas Sutjipto. Tahun 1875-1882, terapi dilakukan dengan mastektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening di ketiak.
Saat terapi tersebut tak juga berhasil, Dr Wilham Halsted muncul dengan ide mastektomi radikal pada tahun 1882. Operasi mastektomi radikal ini tak hanya mengangkat seluruh jaringan payudara, tapi juga jaringan otot di bagian belakang payudara. Hasilnya, kulit menjadi sangat tipis hingga tulang iga terlihat oleh mata telanjang. Menurut Sutjipto, efek samping dari mastektomi radikal ini adalah tangan menjadi besar.
Penemuan obat antikanker sejak 25 tahun lalu telah mampu mengurangi kemungkinan kambuhnya kanker. Namun Sutjipto menambahkan bahwa pihaknya tidak melarang jika seorang pasien kanker payudara melakukan Eastern Therapy, yakni pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan atau formula terapi lainnya yang diyakini bisa menyembuhkan. Namun selain menjalani terapi tradisional, sebaiknya pasien juga melakukan terapi pengobatan medis, populer dengan istilah Western Therapy. Karena dengan terapi medis, setidaknya dokter bisa menelusuri secara ilmiah penyebaran sel kanker tersebut dan melakukan formula pengobatan yang sudah diuji kebenarannya.
Dengan mengetahui tanda-tanda awal dan hal-hal yang berkaitan dengan kanker payudara, kiranya menjadi suatu masukan dalam mengantisipasi dan mencegah kanker payudara sedini mungkin.